MAZHAB SINONIMITAS (AL-TARÂDUF) DALAM ‘ULUMUL QUR’AN

  • Badrus Samsul Fata STAI Binamadani
  • S Mahmudah Noorhayati IAI Nasional Laa Roiba Bogor
Keywords: Sinonimitas, Tarâduf, al-Ahruf al-Sab‘ah, al-Mutasyâbihât, Mazhab, Tawkîd

Abstract

Tulisan ini mengupas polemik tentang mazhab sinonimitas bahasa (al-tarâduf fî
al-lughah) di kalangan sarjana Muslim dalam berbagai bidang keilmuan,
khususnya bidang ‘Ulumul Qur'an. Sinonimitas sendiri merupakan fenomena
kebahasaan penting, sebab variasi kesamaan dan perbedaan “kata” berdampak
besar pada perubahan dan kesamaan “makna”. Penelitian ini merupakan
penelitian kepustakaan. Sumber data didapat dari penelusuran literatur
kepustakaan, yang kemudian dideskripsikan dan dianalisis sedemikian rupa
sehingga menghasilkan pembahasan yang sistematis. Hasil pembahasan
menunjukkan bahwa para sarjana muslim terbagi menjadi dua mazhab utama,
yaitu mereka yang menerima sinonimitas (mutsabbitu al-tarâduf) termasuk
termasuk al-Farahidhi (w. 173H), Sibawaih (w. 180H), al-Ashmu‘i (w. 216H), alRummani (w. 384H), Hamzah al-Ashfihani (w. 360H), Ibnu Khalawaih (w. 370H),
dan lainnya. Barisan sarjana yang menolak sinonimitas (munkiru al-tarâduf)
misalnya Abu al-‘Abbas Tsa‘lab (w. 291 H), Abu ‘Ali al-Farisi (w. 377 H), Ibnu Faris
(w. 395 H), Abu al-Hilal al-‘Askari (w. 395 H), dan lainya. Artikel ini menemukan
bahwa mayoritas ulama dan sarjana ‘Ulumul Qur’an yang berposisi mendukung
mazhab sinonimitas (mutsabbitu al-tarâduf) mengajukan (4) empat basis
argument; 1) Sinonimitas (al-tarâduf) kata adalah sebuah keniscayaan sebab alQur’an diturunkan dalam format al-ahruf al-sab‘ah; 2) Sinonimitas (al-tarâduf)
kata memiliki justifikasi fungsional penting sebagai “penguat” makna (li tawkîd
al-ma‘nâ); 3) Sinonimitas (al-tarâduf) kata juga berfungsi sebagai penciri ayatayat mutasyâbihât; 4) Mayoritas ulama tafsir dalam berbagai karyanya
menggunakan sinonimitas (al-tarâduf) kata untuk memudahkan penafsiran dan
mendekatkan makna al-Qur’an kepada para pembacanya.

 

 

 

 

 

Published
2022-02-14